AsiaCalling

Home Laporan Khusus Inside Laos ‘the battery’ of South East Asia Pembangunan Bendungan Yang Gila-gilaan Di Laos

Pembangunan Bendungan Yang Gila-gilaan Di Laos

E-mail Cetak PDF

Download - Listen

 

Laos yang tengah mempertimbangkan untuk membangun 70 bendungan hidropower, dijuluki sebagai baterai-nya Asia Tenggara.

 

Tenaga listrik dari bendungan ini bakal diekspor ke Thailand dan Vietnam.

Sebagai imbalannya, negeri itu akan mendapatkan dana serta dan keahlian teknis dari luar negeri.

 

Pemerintah menyatakan uang yang dihasilkan nantinya bakal disisihkan untuk pendidikan dan pelayanan kesehatan.

 

Tapi beberapa kritikus menilai, pemerintah tak bisa mengatasi dampak buruk bendungan ini.

 

Menurut mereka, bendungan kini beroperasi telah membawa berbagai dampak lingkungan serta sosial yang besar dan bendungan yang baru tak bakal lebih baik lagi.

 

Simak laporan selengkapnya oleh Elise Potaka.

 

Pemandangan di cekungan Nam Theun bagian tengah Laos sangat indah. Berbagai sungai berkelok-kelok di antara tebing-tebing batu gamping yang tingi, lalu mengalir ke hutan dan beberapa desa kecil. Namun, keindahan itu menutupi kenyataan sulitnya kehidupan warga setempat.

 

Duong Dee, kepala Desa Som Long. Keluarganya telah hidup di sana selama lebih dari tiga generasi. Ia menuturkan bendungan yang dibangun di bagian hulu sungai telah menghancurkan mata pencaharian tradisional mereka.

 

“Sebelum bendungan itu dibangun, ada banyak batu-batuan yang merupakan tempat perlindungan dan perkembangbiakkan ikan. Ketika bendungan mulai melepaskan air, air itu menutupi daerah-daerah sini dengan berbagai endapan. Sekarang kami kesulitan memancing dan kehidupan warga juga tambah susah.“

 

Bendungan 210 MW Theun-Hinboun, yang didanai Bank Pembangunan Asia (ADB) diselesaikan pada 1998. Selama sepuluh tahun, bendungan ini memasok tenaga listrik untuk Thailand, negara tetangga Laos.

 

Dengan slogan “tenaga listrik untuk mengurangi kemiskinan” pemerintah Laos berpendapat dana luar negeri dari proyek ini bisa mendongkrak pembangunan ekonomi. Tapi di beberapa komunitas sekitar daerah Theun Hinboun, para penduduk pesimistis dengan hal ini.

 

Di Desa Khong Phat warga setempat masih berseteru dengan pejabat bendungan, soal pemindahan tempat tinggal mereka. Mereka menuturkan daerah baru itu terlalu jauh dari ladang mereka dan selama sepuluh tahun masalah ini masih belum diselesaikan.

 

Tak jauh dari sana di Ban Kham, penduduk desa mengeluh ternak dan warga kini mengalami berbagai gangguan kesehatan termasuk stroke. Salah satu warga yang mengalami gangguan kesehatan itu adalah Tam Sayanlah, penjaga toko.

 

“Sebelum kami minum air, tidak ada masalah. Sekarang setelah kami minum air itu, kami jadi sakit. Dokter mengatakan, zat-zat kimia menumpuk di dalam tubuh saya tapi ia tidak mengatakan zat kimia mana saja.”

 

Para penduduk yakin air waduk sudah tercemar tapi mereka mengatakan belum melakukan uji coba independen.

 

Pada tahun lalu, pejabat bendungan telah memasang pompa air yang baru dari sumber yang bersih dan meminta penduduk supaya tidak minum air sungai. Tapi mereka masih saja menggunakannya untuk mencuci dan irigasi.

 

Meski berbagai masalah ini, pemerintah Laos malah membangun bendungan baru dekat tempat itu. Ini adalah salah satu dari 70 bendungan pembangkit tenaga air yang dibangun di seantero negeri itu. Menurut beberapa kritikus bendungan-bendungan ini tak dibangun dengan pertimbangan biaya dan manfaat. Kekhawatiran para warga lokal pun diabaikan.

 

Carl Middleton, Direktur Proyek Mekong di Internatinonal Rivers Network.

 

“Sekarang ini, belum ada proses perencanaan yang matang soal bendungaun mana yang seharusnya dibangun dan mana yang tidak perlu. Jadi proses ini harus terbuka untuk publik dan tentunya melibatkan mereka yang bakal merasakan dampak pembangunan itu. Kalau proyek ini berjalan harus sesuai dengan konsensus warga yang akan kena dampak pembangunaun itu dengan komitmen bagi hasil yang jelas.”

Bank Pembangunan Asia (ADB) yang dari awal mendukung bendungan Theun-Hinboun, telah dikritik karena mendanai beberapa proyek bendungan melalui pinjaman dan infrastruktur transmisi tenaga listrik.

 

Beberapa kritikus mempertanyakan mengapa ADB mendukung proyek-proyek baru sementara masih banyak masalah yang belum diatasi seperti di Theun Hinboun. Tapi Anthony Jude, Direktur Divisi Energi dan Air departemen Asia Tengara di ADB menuturkan, bank ini berperan penting untuk memperkuat Badan Sumber Daya Air dan Linkungan yang baru saja dibentuk.

 

“Dari pihak kami, tengah memproses tujuh hingga delapan juta dolar Amerika atau sekitar 83 hingga 95 milyar rupiah lebih untuk pengembangan kapasitas Kementerian Sumber Air, badan lingkungan untuk mengatasi dampak lingkungan. Untuk mengkaji ulang beberapa rencana pembangunan seperti bendungaun hidro-power, apakah rencana itu bisa dilaksanakan atau tidak, untuk mempertanyakan, dan mengirim laporan ini kalau tidak memenuhi standar internasional ADB dan praktik keberhasilan Bank Dunia. Lalu kami akan melihat menejemen operasinya, dampak di bagian hilir sungai serta kualitas air.”

 

Anthony Jude menegaskan ADB membutuhkan proyek hidro-power yang menggunakan jalur transmisi dukungan ADB, supaya memenuhi standar lingkungan dan sosial ADB.

 

“Apakah EIA dan pemindahan tempat tinggal telah dilakukan dengan benar. Hal-hal seperti inilah yang kami sudah sampaikan kepada pemerintah. Kami tidak akan mendanai bendungan hidro-power karena kami harus memastikan supaya tidak ada yang terkena dampak buruk pembangunan bendungan (due dilligence) hidro-power itu.”

 

Ketika ditanyakan soal berbagai masalah di Theun-Hinboun, Anthony Jude, menuturkan ADB masih memonitor situasi ini, tapi tentunya masih banyak hal yang bisa dilakukan.

 

Kembali ke pinggir sungai Hai dan Hinboun, warga lokal juga merasa bahwa setelah sepuluh tahun, tidak ada yang mau mendengarkan mereka lagi.

 

Di desa ini, kata mereka, padi kerap hancur akibat banjir yang disebabkan bendungan. Meski telah memberitahu pihak bendungan tapi tak mereka pernah melakukan sesuatu untuk mengatasinya.

 

Kini, dengan konstruksi bendungan baru yang tengah dibangun, kehidupan mereka yang sudah cukup sulit semakin sulit. Thong Van tinggal di desa Song Lom.

 

“Kalau kami pindah, saya khawatir, dengan masa depan anak-anak kami. Seperti apakah mereka akan mendapatkan makanan yang cukup. Kami tidak tahu keadaan daerah yang baru.”

 

 

Terakhir Diperbaharui ( Senin, 11 Januari 2010 10:11 )  

Add comment


Security code
Refresh

Search