AsiaCalling

Home Berita Vietnam Vietnam Kehilangan Spesies Badak Jawa

Vietnam Kehilangan Spesies Badak Jawa

E-mail Cetak PDF

Download Vietnam kalah dalam perjuangannya menyelamatkan spesies langka, Badak Jawa.

WWF telah mengkonfirmasikan bangkai yang ditemukan pada awal tahun ini adalah Badak Jawa di negeri tersebut.

Dengan banyaknya hewan yang diperdagangkan sebagai hewan peliharaan, atau dimanfaatkan anggota tubuhnya sebagai obat tradisional, perdagangan hewan ilegal merupakan bisnis yang bernilai trilyunan rupiah.

Badan Javan adalah salah satu dari korban terbaru.

Ikuti laporan selengkapnya yang disusun Janak Rogers Radio Australia.

Menurut WWF, Badak Jawa yang terakhir dibunuh pada April tahun ini.

Binatang itu ditembak di kaki dan kemungkinan mati perlahan-lahan karena lukanya, sementara para pemburu gelap, menggergaji culanya.

Di berbagai negara Asia - khususnya Vietnam dan Cina – cula badak dipercaya mengadung zat-zat yang bisa menyembukan.

Harganya bisa mencapai hampir Rp 885 juta per kilo di pasar gelap.

Tran Kim Quang adalah penyembuh tradisional di daerah tua Hanoi.

Ia meyakini, cula badak bisa menyembuhkan penyakit.

“Cula badak bisa menyembuhkan banyak penyakit seperti penyakit jantung, pembekuan darah, demam dan penyakit mental. Cula badak adalah obat yang langka dan mahal.”

Permintaan cula badak beberapa tahun belakangan ini meningkat di Vietnam dan Cina.

Meski sebagian rela membayar sangat mahal demi manfaat kesehatan yang diyakini, sebetulnya tidak ada bukti ilmiah yang membuktikan kalau cula bisa menyembuhkan penyakit.

Nick Cox manajer program konservasi spesies untuk WWF di daerah sekitar Sungai Mekong.

“Komponen primer cula itu adalah satu senyawa bernama keratin yang sama dengan zat yang ditemukan dalam rambut dan kuku. Jadi kalau Anda coba menjual sekantong rambut dan kuku, mereka tidak akan mengeluarkan uang ratusan juta, seperti yang mereka lakukan demi lakukan demi badak.”

Populasi Badak Jawa di Vietnam menurun selama puluhan tahun belakangan karena alih fungsi lahan dan makin banyaknya penduduk setempat yang mengancam habitat hewan tersebut.

Tapi pemburuan gelap dan kurangnya manajeman taman nasional yang efektif serta patroli yang lemah telah mempercepat penurunan populasi Badak Jawa.

Badak yang terakhir hidup Taman Nasional Cat Tien, yang semestinya menjadi tempat perlindungan untuk berbagai hewan terancam punah.

Taman ini memiliki satuan anti-pemburu, tapi Direktur Taman Nasional Tran Van Thanh menuturkan harga cula badak yang tinggi menyulitkan perdagangan anggota tubuh hewan.

“Kami sudah mencoba sekeras mungkin untuk melindungi mereka, tapi sayangnya kami gagal.”

Kini hanya 40 hingga 60 Badak Jawa yang tersisa di Taman Nasional Ujung Kulon di Indonesia.

Hewan-hewan itu diduga sebagai spesies terakhir yang masih hidup, dan tak satu pun berada dalam penangkaran.

Nick Cox dari WWF menuturkan, Badak Jawa adalah salah satu dari sejumlah spesis yang hampir punah, dan kini ada tekanan untuk menyelamatkan hewan-hewan yang tersisa.

”Kami sedang mengalami krisis kepunahan dan hewan khas Asia lainnya seperti macan dan gajah mengalami hal yang sama. Kami sangat berharap ini akan menjadi satu seruan untuk benar-benar bertindak.”

Kabar punahnya badak di Vietnam datang, bersamaan dengan penyitaan satu ton gading gajah pekan ini di perbatasan Vietnam dan Cina.

Dua orang yang ditangkap terkait kasus ini, adalah penyelundup yang diduga mencoba melintasi perbatasan dalam perahu besi.

Penahanan gading gajah itu adalah peringatan berikutnya bagi Vietnam, yang dijadikan pusat perdagangan hewan ilegal – perdagangan yang terjadi sekarang, dengan semua alasannya, tidak akan ada lagi Badak Jawa di sana.

Terakhir Diperbaharui ( Senin, 31 Oktober 2011 10:21 )  

Add comment


Security code
Refresh

                 
  • Siaran Asia Calling Minggu ini

Perburuan Penyihir Terus Berlanjut di India yang Modern: Eksekusi terakhir seorang perempuan yang dituduh sebagai penyihir terjadi di Eropa, pada abad ke-18. Tapi di daerah kesukuan dan pedesaan di Rajashtan, India, para perempuan yang dicurigai sebagai penyihir masih diburu dan diserang hingga sekarang. Sering kali mereka adalah janda, perempuan mandul, perempuan tua atau pun perempuan yang tidak populer di masyarakat. Jasvinder Sehgal menyusun kisah seorang perempuan berusia 50 tahun, yang belum lama ini dituduh tetangganya sebagai penyihir dan kini terbaring di rumah sakit.

Mengapa Perempuan Hong Kong Tidak Ingin Punya Anak?: Penduduk dunia baru baru saja mencapai 7 miliar orang. Namun pemerintah Hong Kong justru ingin warga perempuan di sana untuk melahirkan lebih banyak bayi. Meski Cina menerapkan kebijakan satu anak yang ketat, Pemerintah Daerah Administratif Hong Kong berupaya mendorong para perempuan yang sudah menikah untuk mempunyai tiga anak, dengan tawaran insentif pajak. Pasalnya tingkat kelahiran Hong Kong tergolong paling rendah di dunia. Kalau tren seperti ini terus berlanjut, seperempat penduduk Hong Kong akan berusia 65 tahun atau lebih pada 2031 mendatang. Banyar Kong Janoi mencari tahu mengapa banyak perempuan Hong Kong masih tidak ingin punya anak, dan apakah insentif pemerintiah ini akan berhasil

These stories and much more this week

on Asia Calling:

Your Window on Asia